Di dunia musik metal, hanya sedikit band yang memiliki kisah sekelam dan semisterius Mayhem. Band black metal asal Norwegia ini tidak hanya dikenal karena musiknya yang ekstrem, tetapi juga karena sejarah penuh tragedi, kontroversi, dan simbolisme yang membentuk genre black metal menjadi fenomena global. Kisah Mayhem adalah perpaduan antara pemberontakan, kreativitas, dan kehancuran yang melahirkan legenda abadi.
Awal yang Gelap
Mayhem didirikan pada tahun 1984 oleh gitaris Øystein Aarseth (Euronymous), bassist Jørn Stubberud (Necrobutcher), dan drummer Kjetil Manheim. Nama mereka diambil dari lagu “Mayhem with Mercy” milik band Venom, yang menjadi inspirasi utama mereka. Dengan cepat, Mayhem menonjol di kancah musik Norwegia karena pendekatan mereka yang sangat gelap, baik secara musikal maupun estetika.
Pada tahun 1986, mereka merilis Deathcrush, sebuah EP yang langsung menjadi kultus di kalangan penggemar metal bawah tanah. Dengan suara kasar dan agresif, album ini membuka jalan bagi black metal Norwegia yang kemudian dikenal dengan atmosfer suram dan lirik yang menghujat.
Era Dead dan Transformasi Black Metal
Pada akhir 1980-an, Mayhem merekrut vokalis bernama Per Yngve Ohlin, yang dikenal dengan nama panggung Dead. Dead adalah sosok yang aneh dan penuh teka-teki. Ia memiliki obsesi terhadap kematian, baik dalam penampilan maupun kehidupan sehari-hari. Dead adalah orang pertama yang memperkenalkan “corpse paint,” riasan wajah putih menyerupai mayat yang kemudian menjadi identitas visual black metal.
Namun, di balik penampilannya yang teatrikal, Dead berjuang melawan depresi berat. Pada tahun 1991, ia mengambil nyawanya sendiri di sebuah rumah yang digunakan Mayhem sebagai tempat latihan. Euronymous, alih-alih memanggil polisi, memotret mayat Dead dan menggunakan gambar itu sebagai sampul bootleg album Dawn of the Black Hearts. Kisah ini menjadi salah satu momen paling kontroversial dalam sejarah musik.
Pembunuhan dan Kejatuhan Euronymous
Setelah kematian Dead, Mayhem memasuki era yang semakin penuh konflik. Pada tahun 1993, Euronymous berseteru dengan Varg Vikernes, bassist yang saat itu bergabung dengan Mayhem. Varg, yang juga dikenal dengan proyek solonya Burzum, memiliki pandangan yang berbeda dengan Euronymous tentang arah musik dan ideologi band.
Perseteruan mereka mencapai puncaknya ketika Varg menikam Euronymous hingga tewas di apartemennya. Varg mengklaim pembunuhan itu adalah bentuk pembelaan diri, tetapi pengadilan Norwegia menjatuhkan hukuman 21 tahun penjara kepadanya.
Kebangkitan dari Kegelapan
Setelah tragedi yang menghancurkan, Mayhem sempat terhenti. Namun, pada akhir 1990-an, Necrobutcher bersama beberapa anggota baru menghidupkan kembali band ini. Album De Mysteriis Dom Sathanas yang dirilis pada 1994, menjadi salah satu album black metal paling ikonik sepanjang masa, meskipun dirilis setelah kematian Euronymous.
Mayhem terus berkarya meski diliputi kontroversi, mempertahankan reputasi mereka sebagai pelopor black metal yang mendorong batasan seni dan moralitas. Musik mereka berkembang, memasukkan elemen eksperimental tanpa melupakan akar mereka yang gelap.
Legenda yang Abadi
Mayhem bukan sekadar band; mereka adalah simbol. Kisah mereka mencerminkan konflik batin, kemarahan, dan eksplorasi ideologi yang membentuk black metal sebagai genre. Di balik sejarah penuh darah dan kontroversi, Mayhem tetap menjadi nama yang menghantui dunia musik, mengingatkan kita pada sisi gelap kreativitas dan obsesi manusia.
Hingga hari ini, Mayhem masih tampil di panggung-panggung dunia, membawa warisan black metal Norwegia yang tak tergoyahkan. Mereka adalah pengingat bahwa seni, betapapun gelapnya, memiliki kekuatan untuk meninggalkan jejak yang abadi.